EVOLUSI PRIMATA INDONESIA
PENDAHULUAN
Indonesia adalah Negara kepulauan dengan lebih kurang 17.000 pulau yang tersebar disepanjang khatilistiwa. Telah diketahui bahwa sekitar 10% (kira-kira 25.000 jenis) tumbuhan berbunga dunia ditemukan diindonesia dan lebih dari 10.000 jenis diantaranya dijumpai dipulau-pulau yang di huni primata Indonesia.
Primata merupakan salah satu satwa penghuni hutan yang memiliki arti penting dalam kehidupan di alam. Sebagian besar primata memakan buah dan biji sehingga mereka berperan penting dalam penyebaran biji-bijian.
Selain itu juga primata dapat dijadikan maskot dalam pengembangan ekoturisme. Ekoturisme gorilla di Rwanda menjadi sumber devisa ketiga Negara itu.Ekoturisme merupakan industri dinegara-negara afrika timur dan berkembang pesat di ameruika dan asia.
Dari sekitar 195 jenis primata yang ada, 40 jenis ditemukan diindonesia dan 24 jenis diantaranya merupakan satwa endomik yang hanya hidup di negeri ini. Dalam klasifikasinya ke 40 jenis itu dikelompokkan kedalam 5 suku dan 9 marqq.
Penyebaran primata di Indonesia cukup ivas, mulai dari barat yaitu kepulauan mentawai, menyebrang ke daratan Sumatra, Kalimantan, Jawa, Bali, nusa tenggara da sulawesi serta pulau-pulau di sekitarnya.
1. Kukang (suku lorisidae)
Kukang merupakan primata promisian yang didalamnya masuk sub suku prosimii, yang artinya primata primitif, bila dibandingkan dengan jenis primata lain. Sebab cirri-ciri anatominya, ditemukan pada satwa menyusui tetapi tidak dimiliki oleh jenis primata.
Misal 1). adanya taperum lapisan retina mata yang merupakan lapisan yang bergerak refleks bila terkena sinar, dan merupakan cirri-ciri khas satwa mamalia lainnya yang aktif pada malam hari. Ciri ini ditemui pada kucing dan anjing/satwa mamalia lainnya yang aktif pada malam hari.
- Anatomi reproduksi prosimian mendekati primata lainnya.
- Memiliki permukaan uterus (bicornuata) dan plasenta.
- Beberapa jenis prosimilian memiliki 4 putting susu.
- Memiliki satu ekor anak saat melahirkan, terasuh selama 6-9 bulan.
- Masa siklus birahi 37-54 hari.
- Masa bunting ±190-195 hari (tergantung jenisnya).
- Lama hidup dalam penangkaran mencapai 12-14 tahun.
Lorisidae, khususnya kukang (malu-malu), terdiri dari 8 marga (genus) dibagi dalam 14 jenis. Penyebaran dari afrika sebelah selatan gurun sahara India, srilanka asia selatan, asia timur, asia tenggara. Dari 8 marga hanya1 yang ada diindonesia yaitu nicticibus. Nicticibus terdiri atas 4 jenis :
1. Nicticebus caucang yang tersebar semenanjung Malaya, Sumatra dan Kalimantan serta kepulauan sekitarnya.
2. Nicticebus pyamecus tersebar di Indonesia laos dan kamboja.
3. Nicticebus belangensis, tersebar diindia hingga Thailand.
4. Nicticebus javanicus, hanya tersebar di jawa.
v Kukang jawa/ malu-malu (nycticebus javanicus)
Ø Penyebaran : Hanya dijawa bagian barat khususnya dikawasan hutan lindung dan konservasi seperti taman nasional/cagar alam.
Ø Pertelaan :
Panjang tubuh jantan dan betina 280-320 mm,akor pendek dan melingkar yang panjangnya 10-20 mm.bwerat tubuh betina dewasa ±575 gram dan jantan±750 gram.rambut tubuh di sekujur tubuh sanga lebat dan halus,berwarna kelabu keputih putihan. Di punggung terdapat garis coklat melintang dari belakang tubuh hingga dahi, rambut sekitar telinga berwarna coklat, disekitar mata juga berwarna coklat membentuk bulatan yang seperti kaca mata.
Ø Ekologi / habitat.
Hutan primer dan sekunder,hutan bamboo, hutan bakau, kadang diperkebunan (perkebunan coklat).
Ø Makanan
Kukang memakan buah-buahan (50%), (30%), memakan dari binatang kecil seperti serangga, telur burung, kadal dan sebagainya. Selebihnya memakan tumbuhan kecil seperti bijian termasuk biji coklat. Bila mamakan buah / biji kaka depan seperti berubah furasi menjadi tangan.
Ø Aktifitas harian
Pergerakannya merangkak dan menggunakan keempat tubuhnya (quadropedal) pada dahan dan biasaynya juga menggantung bila kan mencapai dahan di depannya, bergerak sangat lambat. Hidup di pohon (arborcal), bergerak dari dahan ke dahan, jarang sekali turun ke tanah. Otot tangan sangat kuat, berfungsi untuk mengayuh dahan. Atau ranting pohon dalam pergerakan kukang jantan menandai daerah teristorialnya dengan air kencingnya.
Aktif di malam hari (noctural), siang hari tidur pada percabangan pohon/kadang-kadang di rumpun bambu, tak membuat sarang, tidur melingkar kepala tersembunyi dan diantara kedua kakinya.
Ø Suara :
Kukang mengeluarkan suara desisan (mendesis) bila merasa terganggu pada saat estrous tiba, betina mengeluarkan lingkungan yang cukup keras, bayinya sering mendesis bila akan menyusui dan aktifitas lainnya.
2. Tangkasi/Tarsius (Suku tarsiidae)
Gambar Tarsius Spectrum
Ø Nama lain :
Tangkasi (minahasa), Ngasi (sulteng), Tanda-bona passso (Wana), Podi (Tolaki), Wengu (Mornene), Tenggahe (Sanalir), Tanda-bana (Sulut).
Ø Penyebaran :
Ada 2 sub jenis yang penyebaran :
- Tarsius spectrum-spectrum, Dari Sulawesi utara hingga selatan. Dari daerah perbukitan hingga dataran rendah.
- Tarsius spektrum pelengensis, Dari pulau-pulau sekitara Sulawesi seperti pulau Suwu, Selayar dan Pulau Peleng.
Ø Petelaan.
Ukuran tubuh sangat kecil, berat badan 110 – 120 gram, panjang tubuh ± 115–120 mm. Panjang ekor ± 135 – 275 mm dengan bagian ujungnya berambut kasar. Telinga dan matanya besar, kepala bulat dan berleher pendek. Kaki panjang dan sangat membantu dalam berpindah dahan dengan meloncat. Rambut lebat dan pendek, warna tubuh coklat kemerahan dan warna kulit kelabu, bagian ventral (data dan perut) berwarna abu-abut keputihan dan bagian leher kekuningan. Telinga tipis dan transparan berwarna gelap/coklat kemerahan. Bibir pendek dan pertumbuhan gigi berkembang sebagai binatang pemakan serangga.
Ø Ekologi/Habitat
Ditemukan di hutan tropik primer, hutan sekunder dan kadang kala di kebun dekat hutan. Dapat ditemukan mulai dari hutan pantai, hutan bakau hingga hutan pegunungan.
Ø Makanan
Tangkasi memakan berbagai jenis serangga seperti belalang, kepik, kumbang, ngengat, kecoa. Terkadang menangkap kadal, kepiting/beberapa jenis ular kecil.
Ø Perilaku Sosial
Membentuk pasangan sebanyak 80% (monongamous) dan hanya sekitar 20% saja multimale-multifemale (lebih banyak jantan/betina). Dalam kelompok jumlah keluarga mencapai 2-6 ekor/lebih. Masa hamil ± 180-190 hari, dan dapat hidup hingga 12 tahun.
Ø Aktivitas Harian
Hidup di pohon (arboreal), bergerak dengan melompat dari dahan ke dahan lain (vertical clinging and leaping). Mencari makan di malam hari. Dapat melompat dari dahan ke dahan sejauh 5-6 meter dari permukaan tanah, anak yang masih kecil dibawa dengan cara menggigitnya.
Aktivitas makan dan pergerakan dimulai menjelang malam dan subuh, pada tengah malam istirahat. Sewaktu berburu sering berdekatan diantara anggota keluarganya, saling berkomunikasi dengan suara dan bau (air kencing) yang mereka tinggalkan. Tidur pada lubang-lubang pohon / di kerimbunan tumbuhan, tetapi tidak membuat sarang.
Ø Suara
Memiliki sistem elaborasi dan komunikasi akustik dan di perkirakan ada 14 jenis suara. Suara yang dikeluarkan berfungsi untuk komunikasi antar anggota keluarga.
v Singapuar (Tarsius bancanus)
Gambar Singapuar (Tarsius bancanus)
Ø Nama lain :
Sumatera (kera buku), Belitung (palele), Bengkulu (singapuar), Bangka (mentiling, Ingkit-ingkit, Beruk-puar), Lampung (krabuku), Kalimantan (ngaju).
Ø Penyebaran :
- Tarsius bancanus-bancanus ; bagian selatan dan tenggara sumatera (bangka, belitung)
- Tarsius bancanus borneanus ; seluruh pulau Kalimantan
- Tarsius bancanus natunesis ; endemik di Kepulauan Natura
Ø Pertelaan :
Warna tubuh dan ukuran lebih besar dari jenis lainnya. Panjang tubuh jantan dan betina hampir sama yaitu 120 – 150 mm. Berat tubuh ± 80 – 140 gram. Warna rambut coklat tua hingga kelabu. Kami panjang untuk meloncat dan memanjat ekor panjang dan ujung rambut menyerupai duri. Panjang ekor 220 – 240 mm, kepala bulat, leher pendek,mata dan telinga besar.
Ø Ekologi/Habitat
Hutan tropik primer dan skunder, perkebunan masyarakat, kebun coklat, dan kebun karet.
Ø Makanan
Insectivora, pemakan beberapa jenis serangga seperti belalang, kumbang, kepik, semut, tonggeret dsb. Juga memakan vertebrata seperti jenis kadal dan ular kecil. Komposisi pakannya 35% jenis kumbang, 21 % semut, 16 % belalang, 10% tonggeret, 8% kecoak, binatang bertulang belakang (burung, ular, kelelawar 10%)
Ø Perilaku sosial
Bersifat poligami di dalam keluarga/hidup berpasangan/beserta keluarga, individu muda bersifat soliter/berpasangan untuk mencari makan/membentuk daerah teritorial dimana saja. Masa hamil berkisar 170 – 180 hari, musim kawin 2x dalam satu tahun, april – mei dan november – desember, hidup 8 – 12 tahun.
Ø Aktivitas Harian
Aktif malam hari (natural), hidup di pohon (arboreal), pergerakan semi menggantung (semi braklasa) serta melompat tidak dapat menggantung seperti primata tingkat tinggi lainnya. Dapat meloncat seperti katak hingga beberapa meter, khususnya pada saat menangkap mangsa, melakukan penjelajahan pada daerah teritorialnya, khususnya pada jantan. Tidur pada siang hari dan tidak membaut sarang. Tidur di lubang /kerimbunan daun. Tidur terpisah dari anaknya, sedangkan betina bersama anaknya. Daerah jelajah jantan 7 – 11 Ha, betina 4 – 9 Ha.
Ø Suara
Singapuar jantan bersuara untuk menandai daerah teritorialnya, saat keluar dari sarang tidur/saat berburu mangsa, suara lain ialah suara berpasangan yang dikeluarkan jantan 2 – 3 kali mencicit sambil memperhatikan pasangannya. Sedangkan betina hanya bersuara pada saat kopulasi.
3. Marga Macaca v Macaca fascicualris.
Gambar Monyet Ekor Panjang (Long –tail Macaque)
Ø Penyebaran
Penyebaran cukup luas meliputi, Sumatera, Kepulauan Lingga dan Riau, Bangka, Belitung, Banya, Batu, Kalimantan dan Pulau sekitanya dll.
Sub jenis dan penyebarannnya
- Macaca fascicularis – fascicularis mulai dari daratan Vietnam, Kamboja dan Thailand, di Indonesia mulai Sumatera, Jawa, Kalimantan, Bali dll.
- Macaca fascicularis fusca di pulau simaleu, Sumatera
- Macaca fascicularis karimond jawae di pulau karimunjawa-jawa tengah
- Masaca fasicularis lasiae di pulau lasia.
Ø Pertelaan
Panjang ekor sama dengan panjang tubuh, panjang tubuh berkisar 385-648 mm. Panjang ekor jantan dan betina 400 – 655 mm. Berat tubuh jantan dewasa ± 3,5 – 8 kg, berat tubuh rata-rata betina ± 3 kg. Warna tubuh bervariasi, mulai dari abu-abu sampai kecoklatan, dengan bagian ventral berwarna putih. Anak yang baru lahir berambut kehitaman. Masa kehamilan ± 153 – 179 hari dan melahirkan hanya satu ekor anak. Monyet ekor panjang sering digunakan dalam percobaan biomedik, di dalam tubuhnya sering di temukan anti bodi untuk virus jenis tertentu.
Ø Ekologi / Habitat
Hidup pada hutan primer dan skunder mulai dari daratan rendah sampai daratan tinggi sekitar 1.00 meter di atas permukaan laut.
Ø Makanan
Pemakan segala jenis makanan (omnivora) namun komposisnya lebih banyak mengandung buahan (60%), selebihnya berupa bunga, daun muda, biji, umbi. Monyet hidup di rawa-rawa kadang-kadang turun ke tanah pada air surut dan berjalan menelusuri sungai mencari serangga. Monyet yang hidup di daerah bakau/pesisir, sering di jumpai memakan kepiting/jenis moluska lainnya. Sehingga ini disebut crabe cating macaque.
Ø Perilaku sosial
Hidup dalam kelompok, yang terdiri dari banyak jantan dan betina dewasa. Di hutan umumnya 10 – 20 ekor, dihutan primer bisa mencapai 20-30 ekor. Pada hutan skunder 30-50 ekor. Di perkampungan sameh buli mencapai 200 ekor, bentuk kerja sama dalam mencari kutu dilakukan pada siang hari. Masa hamil primata ini ± 160-170 hari, jarak kelahiran 13 bulan, dapat bertahan hidup hingga 37 tahun.
Ø Aktivitas harian
Jenis pergerakan dari Genus Macaca pada umumnya diklasifikasikan sebagai guadropeda, dengan kategori berjalan dengan empat angota badannya, umumnya juga dapata memanjat dan loncat (leaping)bisa mencapai sejauh 5 m. Juga dapat berenang dengan baik. Jelajah harian dapat mencapai lebih dari 1500 m, daerah Jelajahnya mulai 10 – 80 Ha. Di hutan primer dan 125 Ha di hutan bakau. Monyet ini bersifat diurnal (aktif ketika matahari terbit hingga terbenam) siang hari di pakai untuk istirahat dan bermain bagi anak-anaknya. Tidur pada pohon yang tumbuh dekat sungai, dan tidur berkelompok.
Ø Suara
Pada saat mendapat ancaman dari luar, biasanya mengeluarkan suara yang keras dan melengking (onomato poeic). Untuk mendeteksi keberadaan kelompoknya biasanya dikeluarkan suara “krra: dan ketika mengadakan perjalanan kelompok ini lebih berisik dengan daun-daun dan ranting yang diinjak, dibanding dengan lutung. Demikian pula saat berkelahi antar anggota/medeteksi adanya bahaya.
4. Lutung/sub suku colobinae
v White froneted leaf monkey (Preshytis Frontata)
Gambar Lutung Dahi Putih
Ø Pertelaan :
Lutung ini mudah dikenal dengan adanya warna putih pada bagian kening yang tidak berambut. Tubuh ditutpi rumbut berwarna hitam coklat kekuningan dengan bagian ventral lebih pucat. Di kepala dijumpai jambul berbentuk kerucut. Jantan dan betina dewasa memperlihatkan bentuk warna yang mirip. Panjang tubuh jantan ± 700-750 mm. Berat tubuh dewasa 5 – 5,5 kg.
Ø Penyebaran
- Terbatas di Kalimantan (termasuk Sabah dan Serawak).
- Di Kalimantan tengah (timur sungai Rarito).
- Di Kalimantan timur (sungai Kayan, Segah) dll.
Ø Ekologi / Habitat
Hidup di hutan primer dipterocarpaceae dataran rendah rampas ketinggian sekitara 350 m dpl. Tidak dijumpai pada hutan rawa.
Ø Makanan
Pucuk daun muda, buah, bunga, biji dan beberapa jenis serangga.
Ø Perilaku sosial
Hidup berkelompok yang terdiri dari 8 – 10 ekor di dalam kelompok terdapat beberapa jantan dewasa dominan (polygami).
Ø Aktifitas Harian
Pergerakan lutung dahi putih pada lapisan tajuk dilakukan dengan (semibiran chiasi) dan melompat. Terkadang menggunakan ke 4 anggota tubuhnya saat bergerak pada dahan yang besar. Aktif pada siang hari (diurnal). Kehidupan di hutang sering di habiskan di pohon (arborcal) namun terkadang di temui di dasar hutan untuk mencari kepompong yang hidup di daun kering yang jatuh.
v Lutung Budeng Ebony Leaf Monkey (Trachypithecus auratus)
Gambar Lutung Budeng
Ø Petelaan
Panjang tubuh dari ujung kepala hingga tungging. Jantan dan betina dewasa rata-rata 742 mm. Berat tubuhnya rata-rata 6,3 kg. Wana rambut hitam diselingi dengan warna keperak-perakan. Bagian ventral berwarna kelabu pucat dan kepala mempunyai jambul. Anak yang baru lahir berwana kuning jingga dan tidak berambut.
Ø Penyebaran
- Tracypithecus auratus auratus terbatas di jawa barat bagian barat
- Trachypithecus auratus mauritius terbatas di jawa barat bagian tenggara
- Trachypithecus auratus cristatus tersebar di bangka belitung, kepulauan riau, kalimantan timur dan selatan, sumatera bagian selatan termasuk juga jawa timur, bali dan lombok.
Ø Ekologi / Habitat
Hidup di hutan bakau, hutan daratan rendah hingga hutan daratan tinggi baik primer atau sekunder juga mendiami perkebunan.
Ø Makanan
Memakan lebih dari 66 jenis tumbuhan yang berbeda, kopoisi makanan 50% berupa dau, 32% berupa buah, 13% bungqa dan sisanya tumbuhan / serangga.
Ø Perilaku Sosial
Membentuk kelompok dengan beberapa individu mulai dari 6 – 23 ekor dalam setiap kelompok terdapat jantan sebagai pemimpin kelompok, dan beberapa betina serta anak-anak yang masih dalam asuhan induknya.
Ø Aktivitas harian
Aktif siang hari (diurnal). Hidup pada berbagai lapian hutan (arboreal), jantan mendominasi anggota kelompok dalam hal perlindungan, pengamanan dalam pergerakan, dan merawat. Lutung hitam dalam melakukan pergerakan lebih sering meloncat saat pindah pohon, daerah jelajah ± 15 -23 Ha. Pergerakan harian dapat mencapai 500 – 1.300 m. Memilih pohon tidur di sekitar sungai. Tidur pada dahan / percabangan pohon.
Ø Suara
Suaranya bergetar dan patah-patah (chak ....chack....chak) dan merupakan alaram bagi anggota kelompok.
v Bekantan dan simakobu
Ø Penyebaran
Tersebar luas di hutan sekitar muara/pinggiran sungai di kalimantan. Di Kalimantan selatan, bekantan dapat ditemui di daerah hutan rawa/muara dan pinggiran sungai pulau kaget dan pulau laut dll.
Ø Pertelaan
Dicirikan oleh bentuk hidupnya yang unik sehingga mudah dikenal di antara primata lainnya. Hidungnya panjang dengan bagian muka tidak ditutupi oleh rabut. Panjang ekor hampir sama dengan panjang tubuh yaitu ± 559 – 76 mm. Warna rambut pada tubuhnya bervariasi. Bagian punggung berwarna coklat kemerahan, bagian ventral dan anggota tubuhnya berwarna putih keabu-abuan hidung jantan dewasa lebih besari dari betina. Demikian pula tubuhnya. Panjang tubuh jantan ± 660 – 760 mm. Berat badan 16 – 22,5 kg. Panjang tubuh betina ± 530 – 610 mm, berat tubuh 7 – 11 kg.
Ø Ekologi / Habitat
Hidup di hutan bakau, hutan rawa, hutan rawa gambut dan hutan di muara sungai.
Ø Makanan
Bekantan mengkonsumsi hampir semua bagian tumbuhan, komposisi pakannya terdiri lebih dari 50% daun muda, 40 % buah, sisanya bunga dan biji dan beberapa jenis serangga. Saat musim surut, bekantan sering turun ke tanah untuk mencari serangga tanah.
Ø Perilaku / Sosial
Hidup didalam kelompok yang cukup besar, dapat mencapai 25 ribu/bahkan lebih. Bekantan membentuk 2 macam kelompok :
- Kelompok yang di pimpin oleh satu macam jantan dominan, dengan bebrap betina dan anak-anaknya serta jantan muda yang disebut kelompok “simale-male” sebagai anggotanya.
- Kelompok yang hanya terdiri dari jantan semua, dan umumnya merupakan jantan-jantan muda / disebut “multimatae”.
Pada saat mencari makan, kelompk besar terpisah menjadi beberapa kelompok kecil. Mereka berkumpul kembali saat menjelang petang. Masa hamil ± 166 hari, jarak kelahiran anak yang satu dengan yang lain ± 12 – 24 bulan. Bekantan dapat bertahan hidup hingga 15 tahun.
Ø Aktivitas Harian
Satwa Arboreal (hidup di pohon), kadang-kadang di temui di tanah. Pergerakan dari dahan ke dahan di lakukan dengan berbagai cara misalnya dengan melompat, bergantung / bergerak dengan keempat anggota tubuhnya selain itu bekantan juga perenang ulung. Bila hendak menyeberangi sungai, karena telapak kaki dan tangannya memiliki selaput kulit (web) seperti pada kodok. Bekantan mempunyai cara untuk menghindar dari predator terutama buaya dan ikan karnivor (ikan toman), cara melintasnya cukup unik, umumnya mereka mengambil ancang-ancang dan mengayun dahan dari ketinggian pohon, meloncat, terjun ke sungai saat menceburkan diri ke sungai sering dilakukan berkelompok.
Pergerakan setiap hari dapat mencapai 1,5 km/lebih, daerah jelajah berkisar 50-270 Ha tergantung dari banyaknya anggota kelompok. Aktif pada siang hari (diurnal), dari pagi – sore mereka menjelajah untuk mencari makan. Tidur di pohon yang tumbuh di tepi sungai tidak membuat sarang.
Ø Suara
Suara sengau seperti keluar dari hidung yang dikeluarkan jantan. Suara ini sering dikeluarkan sebelum anggota kelompok memulai menjelajah kemungkinan sebagai tanda untuk anggotanya/untuk pamer kekuatan / interakasi dan kelompok/jenis lain, dan suara jeritan menjelang tidur.
v Simangkobu/Pig Tail Nosed Monkei
Gambar Simangkobu
Ø Penyebaran :
Tersebar luas di kepulawan kemtawa, seperti Pagai utara dan Pagai selatan Sipura untuk siamis Concolor Concolor dan simias Concolor sibetu di pulau Siberut.
Ø Pertelaan
Simakobu masih tergolong kelompok lutung, akan teapi mempunyai ekor yang berbeda dengan jenis-jenis lutung lainnya, ekor pendek kurang lebih sepertiga dari panjang tubuhnya (80 – 130 mm). Panjang tubuh berkisar 45 – 52,5 cm, berat badan berkisar ± 6 – 9 kg. Warna tubuh coklat gelap keabu-abuan. Dan ada pula yang berwarna keemasan warna rambut pada jambul ke pala dan bahu lebih gelapo. Kaki dan tangan berwarna kehitam-hitaman. Wajah hitam dengan hidung pesek. Bentuk tubuh mirip dengan beruk (macaca namestina). Ischial Callosity (bantalan pantat) besar dan berwarna hitam. Pada jantan bantalan pantat tidak berpisah, sedang pada betina terpisah oleh suatu celah yang sempit. Tidak ada beda antara jantan dan betina, baik warna maupun ukuran tubuhnya.
Ø Habitat / Ekologi
Pada hutan primer dataran rendah, hutan rawa dan hutan perbukitan tidak terdapat di daerah mangrove ataupun hutan sekunder dataran rendah.
Ø Makanan
Memakan bagian dari tumbuhan seperti pucuk dauh, bunga, buah dan beberapa jenis serangga kecil. Komposisi pakan monyet ini antara lain 60% mengkonsumsi daun, 25% buah, dan sisanya bagian dari tumbuhan lain serta beberpa jenis serangga.
Ø Perilaku / Sosial
Hidup berkelompok, satu kelompok berjumlah 5 – 15 individu dengan satu ekor jantan dewasa. Simakobu mudah di buru, bila diganggu simakobu bersembunyi pada kerimbunan pohon. Khususnya betina sehingga sangat mudah bagi pemburu untuk menangkapnya dengan menggunakan alat berburu, seperti panah yang diberi racun. Seekor jantan simakobu yang pasangannya mati terbunuh hidup menyendiri hingga 20 bulan. Mengakibatkan perkembangan populasi simakobu turus menurun.
Ø Aktivitas harian
Simangkobu adalah primata pemakan daun, namun sering turun ke tanah untuk melarikan diri bila di buru. Pergerakan di pohon dengan meloncat/menggunakan keempat anggota badannya saat berjalan di dahan / di tanah luas. Derah jelajah tiap kelompok sekitar 20 – 30 Ha. Pegerakan harian dpat mencapai 2 km.
Umumnya mereka tidur memilih pohon yang rimbun dan berkelompok dengan anggotanya dan tidak membuat sarang. Tidur pada percabangan pohon atau dahan yang besar.
Ø Suara
Simakobu jarang mengeluarkan suara. Bila pindah tempat dilakukan dengan tenang dan lamban, hal ini kemungkinan untuk menghindari ancaman bahaya, karena primata ini jarang mengeluarkan “alarm call”.
5. Ungko (Suku Hylobatidae)
Keluarga ungko (Owa) siamang merupakan marga tunggal dari suku Hylobatidae yang terdiri atas 9 jenis primata ini sepenuhnya hidup di pohon dan ndi kenal sebagai pemaiun akrobat hutan yang ulung. Pergerakan sepenuhnya dengna menggantung (branklasi) dari satu dahan ke dahan lainnnya. Pergerakan di pohon sangat cepat, dapat mencapai ± 60 km/jam.
Memiliki suara yang nyaring dan saling bersahut-sahutan, pada pagi hari ungko/wa dan siamang selalu mengeluarkan lengkingan nyaring yang disebut morning call. Biasanya jantan lebih dahulu bersuara kemudian disusn betina.
Diperkiranan siamang kecil merupakan anggota tertua diatara keluarga Hylobatidae yang masih hidup. Meskipun primata ini memiliki dasar suara yang dimiliki semua jenis Hylobatidae, namun cirinya menyimpang dari ciri anggota keluarga lainnya. Siamang kerdil memiliki rambut hitam yang tumbuh jarang, tidak seperti jenis hylobatidae lainnya.
Semua anggota keluarga hylobatidae bersifat monogamus, hidup berpasangan dengan satu atau dua anaknya yang belum disapih. Masa kehamilan antara 7 – 8 bulan, dengan jarak kelahiran anak ± 2 – 7,5 tahun. Individu yang siap melakukan perkawinan berumur sekitar 8 – 9 tahun, masa hidup owa dan siamang mencapai 25 tahun.
v Owa Jawa / Silvery Javan Gibbon (Hylobates Moloch)
Gambar Owa Jawa
Ø Penyebaran :
Hanya ditemukan di pulau jawa sebaran hylobates moloch moloch terbatas pada hutan di jawa barat, terutama pada daerah yang dilindungi dll.
Ø Pertelaan :
Tubuh owa jawa di tutupi rambut yang berwarna kecoklatan sampai keperakan/kelabu. Bagian atas kepalanya berwarna hitam, muka seluruhnya juga berwarna hitam dengan alis berwarna abu-abu yang menyerupai seluruh warna tubuhnya. Dagu beberapa individu berwarna gelap umumnya anak yang baru lahir berwarna lebih cerah. Warna rambut jantan dan betina sedikit berbeda. Terutama dalam tingkatan umur. Panjang tubuh jantan dan betina dewasa berkisar antara 750 – 800 mm. Berat tubuh jantan berkisar 4 – 8 kg. Sedangkan betina antara 4 – 7 kg. Hylobates moloch dibedakan menjadi 2 anak jenis.
- Hylobates moloch moloch yang berwarna lebih gelap.
- Hylobates moloch pangolsini yang warna rambutnya lebih terang.
Ø Ekologi / Habitat
Hidup di hutan tropik, mulai dari dataran rendah, pesisir hingga pegunungan pada ketinggian 1.400 – 1.600 meter dpl. Satwa ini jarang ditemukan di dalam hutan pada ketinggian lebih dari 1.500 m dpl. Vegetasi dan jenis tumbuhan yang berada pada daerah setinggi itu bukan merupakan sumber pakan owa jawa. Banyaknya lumut yang menutupi pohon di pegunungan menyulitkan pergerakan brakiasi owa jawa.
Ø Makanan
Owa Jawa mengkonsumsi ± 125 jenis tumbuhan yang berbeda, bagian tumbuhan yang sering dimakan ialah buah, biji, bunga dan daun muda. Juga memakan ulat pohon, rayap, madu, dan beberapa jenis serangga lainnya. Owa Jawa mengkonsumsi ± 61 % buah, 38% daun, dan sisanya berbagai jenis makanan seperti bunga dan berbagai jenis serangga.
Ø Perilaku / Sosial
Hidup berpasangan dalam sistem keluarga monogami, selain kedua induk, di dalam keluarga juga terdapat 1 – 2 anak yang belum mandiri. Masa hamil 197 – 210 hari jarak kelahiran 3 – 4 tahun. Dapat hidup hingga 35 tahun
Ø Aktivitas harian
Hidup di pohon (arboreal), jarang turun ke tanah, pegerakan dari pohon yang satu ke pohon yang lain dengna bergelantungan (brankasi) daerah jelajah berkisar antara 16 – 17 Ha. Jelajah harian dapat mencapai 1.500 m. Aktif pagi – sore hari (di urmi) siang hari untuk istirahat dengan saling mencari kutu antara jantan dan betina pasangannya/antara ibu dan anaknya malam hari tidur pada percabangan pohon.
Ø Suara
Ada 4 jenis suara yang di keluarkan primata ini.
- Suara betina sendiri untuk menandakan daerah teritorialnya.
- Suara jantan yang dikeluarkan saat berjumpa dengan kelompok tetangganya
- Suara yang dikeluarkan bersama antara keluarga saat terjadi konflik, suara dari anggota keluarga sebagai tanda bahaya, misalnya bila ada satwa pemangsa di sekitarnya, seperti macan tutul/macan kumbang (panthera pardus).
v Siamang
Sympalangus Syndachylus
Gambar Siamang
Ø Penyebaran :
Siamang terdiri dari 2 anak jenis yaitu Hylobates syndactylus syndactylus ditemukan hampir di seluruh daratan sumatera.
Hylobates syndacyles continentis di jumpai di Simenanjung Malaya
Ø Pertelaan :
Umumnya siamang berukuran lebih besar dibandingkan anggota keluarga hylobahidase lainnya, rentangan tangan mencapai 1,5 meter, panjang tubuh berkisar antara 800 – 900 mm. Berat tubuh rata-rata hewan dewasa sekitar 11,2 kg. Tubuh ditumbuhi rambut yang berwarna hitam pekat, kecuali rambut di muka terlihat menggelembung, jari ke 2 dan 3 pada tangan disatukan oleh semacam selaput kulit (web).
Ø Ekologi / Habitat :
Siamang menempati hutan tropik primer/skunder, mulai dari hutan dataran rendah sampai hutan perbukitan hingga ketinggian 3800 m.
Ø Makanan
Siamang memakan hampir semua bagian tumbuhan, seperti daun, buah, biji dan bunga. Satwa ini juga memakan beberapa jenis serangga. Komposisi makanan, 59% daun, 31% buah, 8 % bunga, dan 2 % berbagai jenis serangga. Siamang dikenal sebagai penyebar biji-bijian (secel dispertal) beberapa jenis tumbuhan ficius.
Ø Prilaku / sosial
Siamang bersifat monogami, hidup dengan pasangan jantan dan betina yang tetap, serta diikuti anak yang belum mandiri, keluarga siamang membentuk kelompok dan keluargfa yang lain. Jumlah anggota kelompok dapat mencapai 2 – 10 individu masa hamil ± 200 – 210 hari, jarak kelahiran 3 – 4 tahun, dapat hidup hingga 35 tahun. Siamang jantan ikut merawat dan menggendong anaknya.
Ø Aktifitas harian
Sebagaian besar waktunya dihabiskan di pohon (arboral), pergerakan dari dahan ke dahan dengan menggantung (branklasi). Pergerakan setiap hari dapat mencapai 1 Km. Luar daerah teritorialnya 47 Ha. Siamang aktif siang hari (diurnal), perang dan malam hari tidur pada percabangan pohon. Tidur berkelompok, setiap pasangan saling berdekatan.
Ø Suara
Siamang memiliki kantong suara, untuk bersuara keras, suara siamang bisa dikeluarkan bersama-sama/saling bersahutan antara jantan dan betina pasangannya
6. Orang utan suku pengidae
Pongidae merupakan keluarga yang maju bila dibandingkan dengan jensi-jenis primata lainnya, kecuali manusia, hingga saat ini pongidae memiliki 3 marga yang masih hidup antara lain.
- Simpanse (pan troglodites) yang hidup di afrika
- Gorila (Gorilla Gorilla) yang hidup di afrika
- Orangutan (pongo pyameus) dan (pongo abelsi) di Kalimantan dan Sumatera.
Ketiganya memiliki pada hidup yang berbeda, Simpanse hidup berkelompok, demikian pula gorilla serta memiliki pemimpin kelompok dan beberapa anggota orang utan hidup spliter (menyendiri) orang utan di bagi dalam 2 jenis :
- Mawas orang utan Sumatera (pongo abelii)
- Orang utan kalimantan (pongo pygmateus)
v Orang Utan (Pongo pymaeus)
Gambar Orang Utan
Ø Penyebaran
Orang utan kalimantan di bedakan menjadi 2 anak jenis yang tersebar
- Pango pygmaeus pygmaeus ; penyebaran di Kalimantan barat – serawak.
- Pongo pygmaeus wurumbii ; penyebaran di barat laut kalimantan yaitu antara sungai kapuas dan sungai barito.
Ø Pertelaan
Orang utan merupakan satu-satunya kera besar yang hidup di asia, warna rambut coklat tua sampai kehitaman, anak yang batu lahir memiliki kulit muka dan tubuh berwarna pucat, sedang rambutnya berwarna coklat muda, warna rambut akan berubah sesuai dengna perkembangan umur. Ukuran tubuh jantan dewasa dua kali lebih besar dari pada betina yaitu sekitar 125 – 150 mm, dengan berat tubuh dialam berkisar antara 50 – 90 kg, berat orang utan betina alam berkisar 30 – 50 kg. Dan dapat mencapai 70-an kg di tempat pemeliharaan. Orang utan jantan memiliki kantong suara yang berfungsi mengeluarkan seruan panjang.
Ø Ekologi / Habitat
Hidup pada hutan tropik dataran rendah, rawa-rawa, sampai hutan perbukitan pada ketinggian mencapai 1.500 m dpl, mereka hidup pada hutan primer, sekunder.
Ø Makanan
Sangat bervariasi, buah sumber utama yaitu 60%, sisanya berupa bunga, daun muda, kulit kayu, berbagai jenis serangga. Orang utan sering turun ke tanah untuk mencari anai-anai (rayap) pada kayu lapuk/gundukan tanah yang menjadi sarang serangga tersebut pada awal musim hujan, saat bayak ulat yang mentas, orang utan menambah berat tubuhnya dan banyak memakan larva/kempompong. Tumbuhan regas (semecarpus heterophyllus) yang getahnya sangat berbahya bagi kulit manusia.
Ø Perilaku / Sosial
Hidup soliter, tidak membentuk kelompok, bersosialisasi dengan individu lain hanya pada saat kawin yang berlanguns 2-3 minggu, dan saat mengaluh 1 – 2 ekor anaknya. Betina melahirkan hanya 1 anak setiap kelahiran masa kehamilan ± 9 bulan. Anak masih mengikuti induknya hingga umur 5 – 6 tahun. Dapat bertahan hidup hingga 60 tahun.
Ø Aktifitas harian
Bergerak dengan bergantungan dari dahan ke dahan. Betina jarang turun ke tanah, hanya jantan sering melakukan pergerakan di atas tanah, daerah jelajah ± 44 – 770 Ha, jelajah harian 300 – 800 m. Setiap menjelang petang mereka membuat sarang untuk tidur. Sarang di bangun pada percabangan pohon. Sarang hanya dipakai sekali saja. orang utan jantan membaut sarang di dasar hutan, umumnya oleh orang utan jantan yang telah lanjut usia yang sudah tidak mampu bergerak di pohon.
Ø Suara
Jantan dewasa dapat mengeluarkan suara (long call) yang cukup nyaring dan dapat di dengar sampai sejauh 3 km. Fungsinya untuk mengundang betina yang sudah memasuki masa birahi / menantang orang utan lain yang berada di sekiarnya.
KESIMPULAN
Dari berbagai jenis primata, dapat kita simpulkan bahwa terdapat berbagai perbedaan dari bentuk dan cara mengambil makanannya.
Sperti kukang (dari suku lorisidae) merupakan primata prosimain yang artinya primata primitf, bila dibandingkan dengan jenius primata lainnya. Ciri-ciri anatominya ditemukan pada satwa menyusui adanya tapetum, lapisan retina yang begerak refleks bila terkena sinar dan aktif pada malam hari (seperti kucing dan anjing) memakan buah-buahan, biji-bijian, kaki depan berubah fungsi menjadi tangan.
Pada Tangkasi / Tarsius (suku tarsiidae) bentuk kami unik (satwa berjalan), dapat melihat kebelakang, kaki lebih panjang dari tangan/dari tubuh cara bergeraknya melompat, memkan serangga.
Pada marga Macaca, memiliki ekor yang panjang, memakan segala jenis makanan (omnivora, tetapi lebih bayak mengkonsumsi buah-buahan).
Lutung sub suku colobinae merupakan primata pemakan daun dan mempunyai alat pencernaan seperti hewan pemamahbiak, memakan kuncup daun muda, buah dan biji, meloncat dan berjalan dengan keempat kakinya anggota tubuhnya dan aktif di siang hari.
Ungko dari suku hylobtidae merupakan primata yang hidup di pohon yag dikenal sebagai pemain akrobat hutan yang ulung, bergerak dengan bergantung, mengkonsumsi tumbuhan dan serangga hidup di pohon.
Orang utan dari suku pongidae yang merupakan keluarga maju bila dibandingkan dengan primata lainnya, misalnya orang utan yang memakan bunga daun muda, kulit kayu, dan serangga, bergerak dengan bergantungan.
DAFTAR PUSTAKA
Brotoisworo, E. 1982, Conservation of Sulawesi Macaques, Kyoto University Primate Research Institute.
Bennett. E.L. 1986, Enviromental Correlates of Ranging Behaviour in the Banded Langur, Preshytis Melalophos, Folio Primatol. 47 : 26 – 38.
Payne J.S C.M Francis 1985, A. Field Guide to the Mammals of Borneo. WWF . Malaysia.